Tiba-tiba kerinduan akan sosok yang saya rindukan membuncah. Sosok penuh kasih sayang dan pandangan yang teduh, yang membelai rambutmu dengan lembut. Memberimu doa dalam tangis doanya, menitikkan air mata kesedihan waktu kau gagal, melelehkan air mata bahagia ketika kau berhasil. Dialah sosok menyejukkan kalbu, yang mampu meneteskan air mata kita waktu kita rindu. Dialah ibu…
Seringkali kumelupakanmu dalam padatnya keseharianku. Sering tak mengingatmu karena capeknya jiwa dan raga dengan target-target hidup. Mengejar prestasi yang belum jua membuatmu tersenyum, hanya muram yang tampak diwajahmu. Walau, kau coba untuk menutupinya dengan seyummu agar ku tak kecewa. Kita tak tahu apa ibu kita sehat atau sakit saat ini, kita sepertinya tak mau tahu tentang itu. Ibu…maafkan daku…
Doamu yang selalu mengiringiku begitu bermakna. Doa yang tak lekang dalam setiap sholatmu. Tapi saya? Sering terlupakan, ternomorduakan demi doa target-target hidup. Pelitnya diriku padamu. Maafkan…maaf…doa ini untukmu ibuku…
Air mata ini belum apa-apa dibanding pengorbananmu untukku. Belum sebiji zarrah pun mampu menandingi kasih sayangmu. Ibu…ridhoilah anakmu ini di perantauan.
Rasanya tak mampu kulanjutkan tulisan ini. Yang pasti…ana rindu ibu, ana sayang ibu, ana cinta ibu.

0 Response to " "

Post a Comment

Terima kasih atas kunjungan anda, silahkan comment sesuai tema dan jangan menanam Link hidup di komentar. "LINK HIDUP OTOMATIS TERHAPUS"